ADA APA DENGAN BULAN SYA'BAN
Oleh: Mohammad Bahauddin,M.Hum
Ketua Rijalul Ansor Kota 2016-2018
بقلم : محمد بهاء الدين
Tidak terasa perputaran waktu dalam tahun hijriah telah memasuki bulan ke delapan. Salah satu bulan yang diagungkan dan mempunyai kelebihan tersendiri dalam kalender Islam, yaitu bulan Sya’ban. Nabi Muhammad SAW bersabda :
شعبان شهرى ورمضان شهر الله وشعبان المطهر ورمضان المكفر (الديلمى عن عائشة)
“Sya’ban adalah bulanku, Ramadhan adalah bulan Allah. Sya’ban adalah bulan yang menyucikan dan Ramadhan adalah bulan penghapusan dosa” (HR. Imam al-Dailami)
“Sya’ban adalah bulanku, Ramadhan adalah bulan Allah. Sya’ban adalah bulan yang menyucikan dan Ramadhan adalah bulan penghapusan dosa” (HR. Imam al-Dailami)
Dikatakan oleh Abu Bakar al-Warroq dengan qoul sebagai berikut:
شهر رجب شهر للزرع وشعبان شهر السقي للزرع ورمضان شهر حصاد الزرع.
Artinya: bulan Rajab merupakan bulan untuk menanam, bulan Sya;ban bulan untuk pengairan dan bulan Ramadlan merupakan bulan untuk menuai hasil tanaman.
Artinya: bulan Rajab merupakan bulan untuk menanam, bulan Sya;ban bulan untuk pengairan dan bulan Ramadlan merupakan bulan untuk menuai hasil tanaman.
Senada dengan apa yang diucapkan oleh Abu Bakar al-Warroq perumpaan ketiga bulan ini diumpamanakan dengan proses pembentukan hujan seperti qoul ulama’:
مثل شهر رجب مثل الريح ومثل شعبان مثل الغيم ومثل رمضان مثل القطر
Artinya: perumpaan bulan Rajab seperti angina; perumpaan bulan Sya’ban seperti mendung dan perumpaan Romadhon seperti hujan.
Artinya: perumpaan bulan Rajab seperti angina; perumpaan bulan Sya’ban seperti mendung dan perumpaan Romadhon seperti hujan.
Oleh karena banyaknya kemuliaan di bulan ini, mari kita sebagai umat Muhammad, memaksimalkan sunah-sunah yang ada dengan semaksimal mungkin.
A. Pengertian Sya’ban
Sya’ban terambil dari kata asysya’b yang berarti cabang karena di bulan sya’ban terdapat banyak sekali cabang kebaikan. Rasulullah SAW bersabda :
عن أنس قال :قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تدرون لم سمي شعبان شعبان لأنه يتشعب فيه لرمضان خير كثير
“Tahukah kalian mengapa bulan Sya’ban dinamakan dengan Sya’ban? Karena dalam bulan Sya’ban bercabang-cabang kebaikan yang banyak bagi bulan Ramadhan”.
“Tahukah kalian mengapa bulan Sya’ban dinamakan dengan Sya’ban? Karena dalam bulan Sya’ban bercabang-cabang kebaikan yang banyak bagi bulan Ramadhan”.
Ada yang mengartikannya al-jabr atau menambal karena pada bulan ini Allah menambal (memperbaiki) hati-hati yang hancur dan galau, dan juga ada yang mengatakan asysyi’b yang berarti suatu jalan di gunung yaitu jalan kebaikan. Dalam pendapat lain, Ibnu Manzhur mengutip perkataan Tsa’lab yang mengatakan bahwa sebagian ulama berpendapat bulan tersebut dinamakan dengan Sya’ban karena ia sya’ab, artinya zhahir (menonjol) di antara dua bulan, yaitu bulan Rajab dan bulan Ramadhan
Sya’ban merupakan bulan mulia, dan musim yang agung, ia merupakan bulan yang keberkahan-keberkahannya termasyhur, kebaikan-kebaikannya banyak, taubat di bulan sya’ban merupakan ghanimah yang paling besar, ketaatan di bulan sya’ban merupakan keuntungan perdagangan yang paling besar. Allah menjadikan bulan sya’ban pacuan zaman, dan menjamin keamanan dan kesejahteraan bagi orang-orang yang taubat di bulan sya’ban. Barang siapa yang membiasakan dirinya di bulan sya’ban dengan kesungguhan ibadah, maka ia akan memperoleh kebiasaan yang baik di bulan ramadhan. Sya’ban merupakan bulan yang penuh berkah, Allah memberkahi sya’ban, sudah seyogyanya seorang muslim menumbuhkan rasa ingin tahu dan bertanya kenapa dan ada apa di bulan sya’ban, sehingga ia memperbanyak amalan di bulan sya’ban dengan penuh kesungguhan dan perhatian.
B. Nama-nama Bulan Sya'ba
Dalam menunjuki kemuliaan malam nishfu Sya’ban, para ulama menyebutkan beberapa nama bagi malam tersebut sebagaimana perkataan sebagian ulama:
كثرة الاسماء تدل على شرف المسمى
“Banyak nama menunjuki kemulian zatnya”.
“Banyak nama menunjuki kemulian zatnya”.
Imam Ahmad bin Isma’il bin Yusuf al-Thaliqani menyebutkan nama-nama malam nishfu Sya’ban hingga mencapai 22 nama, di antaranya :[23]
1. Lailatul-Barakah artinya malam keberkahan (bertambah).
2. Lailatul-Qasamah Wa Takdir, karena Allah SWT menunaikan satu urusan yang besar pada malam tersebut.
3. Lailatul-Takfir (malam penghapusan) karena malam tersebut menghapus dosa.
4. Lailatul-Ijabah (malam pengabulan doa) karena riwayat dari Ibnu ‘Umar bahwa malam tersebut do’a hamba tidak ditolak oleh Allah SWT.
5. Lailatul-Hayyat (malam kehidupan) karena hadits riwayat Ishaq bahwa malaikat maut pada malam tersebut tidak mencabut nyawa seseorang antara Maghrib dan ‘Isya karena ia menerima buku amalan dari Allah SWT. Pendapat yang lain mengatakan karena Allah SWT tidak akan mematikan hati orang-orang yang menghidupkan malam tersebut.
6. Lailatul-‘Idil-Malaikat (malam hari raya malaikat) karena malaikat juga memiliki dua malam hari raya seperti umat Islam memiliki dua hari raya ;‘idul-fithri dan ‘idhul-adha. Kedua hari raya malaikat tersebut adalah malam nishfu Sya’ban dan malam Qadar sebagaimana telah disebutkan oleh Imam ‘Abdullah Thahir bin Muhammad bin Ahmad Al-Haddad dalam kitabnya, ‘Uyun al-Majalis.
7. Lailatul-Syafa’ah (malam syafaat) karena diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa ketika Rasul SAW shalat pada malam tersebut, turunlah malaikat Jibril dan berkata pada Rasulullah SAW: “Allah SWT telah membebaskan setengah dari ummat engkau dari api neraka”.
8. Lailatul-Bara-ah (malam kelepasan) karena pada malam tersebut Allah SWT menuliskan kelepasan orang mukmin dari api neraka.
9. Lailatul-Jaizah (malam ganjaran) karena Allah SWT memerintahkan kepada surga untuk berhias bagi orang beriman sebagai balasan amal mereka.
10. Lailatul-Nasakh (malan penulisan) karena ada riwayat dari ‘Atha’ bin Yasar yang mengatakan bahwa pada malam nishfu Sya’ban, malaikat maut menuliskan orang yang meninggal dari Sya’ban ini hingga Sya’ban tahun depan.
11. Lailatul-al-‘Itqi Min al-Nar (malam kemerdekaan dari api neraka) karena pada malam tersebut Allah SWT memerdekakan banyak hamba-Nya dari api neraka.
12. Lailatul-Rujhan (malam keunggulan).
13. Lailatu- Ta’zhim (malam keagungan).
14. Lailatul-Qadar (malam ketentuan).
15. Lailatul-Ghufran (malam pengampunan).
16. Lailatul-Rahmat (malam rahmat).
17. Lailatul-Shak (malam buku catatan).
18. Dan lain-lain.
C. Peristiwa-Peristiwa di Bulan Sya’ban
1. Pemindahan Kiblat
Bulan sya’ban merupakan bulan dimana terjadi pemindahan kiblat, dari baitil maqdis (Palestina) ke ka’bah (Mekah), saat itu Rasulullah menunggu pemindahan kiblat dengan antusias dan berdoa seraya menghadapkan wajahnya ke langit menunggu turunnya wahyu Allah agar Allah berkenan memindahkan kiblat-Nya dari baitil maqdis ke ka’bah. Hingga turunlah ayat Allah
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Sungguh Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit (untuk berdoa), maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (taurat dan injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 144)
“Sungguh Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit (untuk berdoa), maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (taurat dan injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 144)
Abu Hatim Al-busty berkata:
صلى المسلمون إلى بيت المقدس سبعة عشر شهرا وثلاثة أيام سواء، وذلك أن قدومه المدينة كان يوم الإثنتي عشرة ليلة خلت من شهر ربيع الأول، وأمره الله عز وجل باستقبال الكعبة يوم الثلاثاء للنصف من شعبان
”Orang-orang muslim sholat menghadap baitil maqdis selama 17 bulan 3 hari. Yang demikian itu karena rasul datang ke madinah pada hari senin pada malam 12 rabiul awal, dan Allah memerintahkan Nabi untuk menghadap ka’bah pada hari selasa nisfu sya’ban.”
”Orang-orang muslim sholat menghadap baitil maqdis selama 17 bulan 3 hari. Yang demikian itu karena rasul datang ke madinah pada hari senin pada malam 12 rabiul awal, dan Allah memerintahkan Nabi untuk menghadap ka’bah pada hari selasa nisfu sya’ban.”
2. Bulan Diangkatnya Amal
Sebagian dari keistimewaan sya’ban yang kita ketahui yaitu diangkatnya amal pada bulan sya’ban, yang merupakan diangkatnya amal yang paling besar dan paling luas, hal tersebut sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari Usamah ibn Zaid radiallahu ‘anhuma yang berkata:
قال: يا رسول الله لم أرك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان! قال: ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. (رواه النسائي)
“wahai Rasulullah aku tidak pernah melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain seperti di bulan sya’ban” mendengar perkataan Usamah lalu Rasulullah pun menjawab “Demikian (bulan sya’ban) adalah bulan yang terletak antara rajab dan ramadhan, manusia biasanya lalai akan sya’ban, dia (sya’ban) merupakan bulan dimana amal-amal diangkat kepada Tuhan alam semesta, aku menyukai diangkatnya amalku sedangkan aku dalam keadaan berpuasa” .
“wahai Rasulullah aku tidak pernah melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain seperti di bulan sya’ban” mendengar perkataan Usamah lalu Rasulullah pun menjawab “Demikian (bulan sya’ban) adalah bulan yang terletak antara rajab dan ramadhan, manusia biasanya lalai akan sya’ban, dia (sya’ban) merupakan bulan dimana amal-amal diangkat kepada Tuhan alam semesta, aku menyukai diangkatnya amalku sedangkan aku dalam keadaan berpuasa” .
Bukan berarti diangkatnya amal dikhususkan hanya pada bulan sya’ban saja, banyak hadits-hadits yang menunjukkan diangkatnya amal-amal di waktu yang berbeda-beda, itu semua memiliki hikmah yang berkaitan dengannya. Ada Beberapa perbedaan mengenai diangkatnya sebuah amal tersebut:
a. Diangkatnya Amal di Siang Hari dan Malam Hari
Dikutip dari kitab Shohih-Muslim dari Abu Musa RA berkata:
قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّورُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ النَّارُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ. وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ الْأَعْمَشِ وَلَمْ يَقُلْ حَدَّثَنَا حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَلَمْ يَذْكُرْ مِنْ خَلْقِهِ وَقَالَ حِجَابُهُ النُّورُ
Nabi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri menerangkan kepada kami lima perkara dengan bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan tidak seharusnya Dia tidur. Dia berkuasa menurunkan timbangan amal dan mengangkatnya. Kemudian akan diangkat kepada-Nya (maksudnya dilaporkan) segala amalan pada waktu malam sebelum (dimulai) amalan pada waktu siang, dan begitu juga amalan pada waktu siang akan diangkat kepadaNya sebelum (dimulai) amalan pada waktu malam. Hijab-Nya adalah Cahaya. -Menurut riwayat Abu Bakar, 'Api'. Andaikata Dia menyingkapkannya, pasti keagungan Wajah-Nya akan membakar makhluk yang dipandang oleh-Nya." Dan dalam riwayat Abu Bakar dari al-A'masy, dia tidak mengucapkan, 'Telah menceritakan kepada kami'." Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Jarir dari al-A'masy dengan sanad ini. Dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersedia menerangkan kepada kami tentang empat perkara." Kemudian dia menerangkan seperti hadits Abu Muawiyah, dan dia tidak menyebutkan, 'makhluknya'. Dan dia berkata, 'Hijba-Nya adalah Cahaya'."
Nabi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri menerangkan kepada kami lima perkara dengan bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan tidak seharusnya Dia tidur. Dia berkuasa menurunkan timbangan amal dan mengangkatnya. Kemudian akan diangkat kepada-Nya (maksudnya dilaporkan) segala amalan pada waktu malam sebelum (dimulai) amalan pada waktu siang, dan begitu juga amalan pada waktu siang akan diangkat kepadaNya sebelum (dimulai) amalan pada waktu malam. Hijab-Nya adalah Cahaya. -Menurut riwayat Abu Bakar, 'Api'. Andaikata Dia menyingkapkannya, pasti keagungan Wajah-Nya akan membakar makhluk yang dipandang oleh-Nya." Dan dalam riwayat Abu Bakar dari al-A'masy, dia tidak mengucapkan, 'Telah menceritakan kepada kami'." Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Jarir dari al-A'masy dengan sanad ini. Dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersedia menerangkan kepada kami tentang empat perkara." Kemudian dia menerangkan seperti hadits Abu Muawiyah, dan dia tidak menyebutkan, 'makhluknya'. Dan dia berkata, 'Hijba-Nya adalah Cahaya'."
Syeh al-Allamah Al-Manawi Rahimahullah berkata: arti hadits diangkatnya amal pada hadits ini adalah amal siang hari yang diangkat pada malam hari sesudahnya dan amal malam yang diangkat pada siang hari setelahnya.
Hadist ini diperkuat dengan hadist shohih bukhori-muslim yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Hurairah sebagai berikut:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
Artinya: “bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Para Malaikat malam dan Malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat shalat Fajar (Subuh) dan 'Ashar. Kemudian Malaikat yang menjaga kalian naik ke atas hingga Allah Ta'ala bertanya kepada mereka, dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya), 'Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hambaKu? ' Para Malaikat menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan shalat. Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan shalat'."
Artinya: “bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Para Malaikat malam dan Malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat shalat Fajar (Subuh) dan 'Ashar. Kemudian Malaikat yang menjaga kalian naik ke atas hingga Allah Ta'ala bertanya kepada mereka, dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya), 'Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hambaKu? ' Para Malaikat menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan shalat. Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan shalat'."
Dalam kitab Al-Targhib imam Mundziri bependapat bahwa hadits diatas senada dengan hadits yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah ia berkata: bahwa malaikat malam dan malaikat siang bertemu pada sholat fajar (subuh) dan sholat ashar.
b. Diangkatnya amal pada waktu dhuhur
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan imam Ahmad dari Abdullah bin Saib sebagai berikut:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي أَرْبَعًا بَعْدَ أَنْ تَزُولَ الشَّمْسُ قَبْلَ الظُّهْرِ وَقَالَ إِنَّهَا سَاعَةٌ تُفْتَحُ فِيهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَأُحِبُّ أَنْ يَصْعَدَ لِي فِيهَا عَمَلٌ صَالِحٌ. قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ وَأَبِي أَيُّوبَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ السَّائِبِ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بَعْدَ الزَّوَالِ لَا يُسَلِّمُ إِلَّا فِي آخِرِهِنَّ
Artinya: “bahwasannya Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat setelah matahari mulai condong yaitu waktu sebelum dluhur sebanyak empat raka'at, beliau bersabda: "Sesungguhnya ia merupakan waktu dibukanya pintu-pintu surga dan saya suka jika pada saat itu amalan shalihku diangkat." (perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Ali dan Abu Ayyub. Abu Isa berkata, hadits Abdullah bin Sa'ib adalah hadits hasan gharib, dan telah diriwayatkan dari Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam bahwasannya beliau shalat empat raka'at setelah matahari tergelinjir, dan beliau tidak salam (dalam empat raka'at tersebut) kecuali di raka'at yang terakhir.”
Artinya: “bahwasannya Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat setelah matahari mulai condong yaitu waktu sebelum dluhur sebanyak empat raka'at, beliau bersabda: "Sesungguhnya ia merupakan waktu dibukanya pintu-pintu surga dan saya suka jika pada saat itu amalan shalihku diangkat." (perawi) berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Ali dan Abu Ayyub. Abu Isa berkata, hadits Abdullah bin Sa'ib adalah hadits hasan gharib, dan telah diriwayatkan dari Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam bahwasannya beliau shalat empat raka'at setelah matahari tergelinjir, dan beliau tidak salam (dalam empat raka'at tersebut) kecuali di raka'at yang terakhir.”
Dari hadist ini mengindikasikan akan pentingnya dan mulianya sholat sunnah qobliyyah dhuhur. Dalam riwayat lain dari Sahabat Abu Ayyub Al-Anshori RA disebutkan:
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: أربع قبل الظهر ليس فيهن تسليم، يفتح لهن أبواب السماء
Dari Nabi SAW bersabda: empat rekaat sebelum dhuhur yang tanpa dipisah salam adalah waktu dimana pintu langit dibuka.
Dari Nabi SAW bersabda: empat rekaat sebelum dhuhur yang tanpa dipisah salam adalah waktu dimana pintu langit dibuka.
Syeh Abdullah Syirajuddin Rahimahullah berwasiat: sebaiknya bagi seorang muslim menjaga setiap waktu dari sholat sunnah qobliyyah dhuhur dan memanfaatkan dengan berdoa di waktu tersebut karena waktu tersebut termasuk waktu yang diijabah lantaran pintu langit terbuka.
c. Diangkatnya amal sepekan 2 kali
Diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abu Hurairah RA berkata:
قَالَ تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ فِي كُلِّ يَوْمِ خَمِيسٍ وَاثْنَيْنِ فَيَغْفِرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ لِكُلِّ امْرِئٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا امْرَأً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ ارْكُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا ارْكُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
Artinya: “Abu Hurairah berkata tentang sebuah Hadits yang telah ia marfu'kan; "Pintu surga dibuka setiap hari senin dan kamis. Maka Allah mengampuni dosa setiap hamba-Nya yang tidak musyrik, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya (sesama muslim). Maka dikatakan kepada mereka; Tunggulah dahulu kedua orang ini hingga berdamai! Tunggulah dahulu kedua orang ini hingga berdamai!"
Artinya: “Abu Hurairah berkata tentang sebuah Hadits yang telah ia marfu'kan; "Pintu surga dibuka setiap hari senin dan kamis. Maka Allah mengampuni dosa setiap hamba-Nya yang tidak musyrik, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya (sesama muslim). Maka dikatakan kepada mereka; Tunggulah dahulu kedua orang ini hingga berdamai! Tunggulah dahulu kedua orang ini hingga berdamai!"
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ فِي هَذَا الْبَابِ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
Artinya: “dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Pada hari senin dan kamis semua amalan dinaikkan kepada Allah ta'ala, maka saya lebih suka amalanku dinaikkan kepada-Nya ketika saya sedang berpuasa". Abu 'Isa berkata, dalam hal ini hadits Abu Hurairah merupakan hadits hasan gharib.”
Artinya: “dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Pada hari senin dan kamis semua amalan dinaikkan kepada Allah ta'ala, maka saya lebih suka amalanku dinaikkan kepada-Nya ketika saya sedang berpuasa". Abu 'Isa berkata, dalam hal ini hadits Abu Hurairah merupakan hadits hasan gharib.”
عَنْ مَوْلَى أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ انْطَلَقَ مَعَ أُسَامَةَ إِلَى وَادِي الْقُرَى فِي طَلَبِ مَالٍ لَهُ فَكَانَ يَصُومُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَقَالَ لَهُ مَوْلَاهُ لِمَ تَصُومُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ وَأَنْتَ شَيْخٌ كَبِيرٌ فَقَالَ إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ وَسُئِلَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ إِنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ تُعْرَضُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ قَالَ أَبُو دَاوُد كَذَا قَالَ هِشَامٌ الدَّسْتُوَائِيُّ عَنْ يَحْيَى عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي الْحَكَمِ
Artinya: “dari mantan budak Usamah bin Zaid, bahwa ia pernah pergi bersama Usamah menuju bukit Al Qura untuk mencari hartanya, ia berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Kemudian mantan budaknya berkata; kenapa engkau berpuasa pada Hari Senin dan Kamis? Dan ia ditanya mengeani hal tersebut, lalu ia berkata; sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Sesungguhnya amalan para hamba disampaikan pada hari Senin dan Kamis." Abu Daud berkata; demikianlah yang dikatakan oleh Hisyam Ad Dastuwai dari Yahya dari Umar bin Abu Al Hakam.”
Artinya: “dari mantan budak Usamah bin Zaid, bahwa ia pernah pergi bersama Usamah menuju bukit Al Qura untuk mencari hartanya, ia berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Kemudian mantan budaknya berkata; kenapa engkau berpuasa pada Hari Senin dan Kamis? Dan ia ditanya mengeani hal tersebut, lalu ia berkata; sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Sesungguhnya amalan para hamba disampaikan pada hari Senin dan Kamis." Abu Daud berkata; demikianlah yang dikatakan oleh Hisyam Ad Dastuwai dari Yahya dari Umar bin Abu Al Hakam.”
3. Bulan Ditetapkannya Segala Kehidupan
Dalam bulan Sya’ban ditakdirkan umur manusia. Maksudnya adalah melahirkan dan menampakkan takdir ini. Sebab bila bukan begitu, maka sungguh perbuatan-perbuatan Allah Swt tidak terbatasi dengan waktu maupun tempat, Ia berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌوَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير [الشورى: 11[
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.”
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.”
Dalam hadits Sayyidah ‘Aisyah -radhiyallahu ‘anha- telah diriwayatkan:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ. قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَحَبُّ الشُّهُورِ إِلَيْكَ أنْ تَصُومَهُ شَعْبَانُ؟ قَالَ: إنَّ اللهَ يَكْتُبُ فِيهِ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ مَيْتَةً تِلْكَ السَّنَةَ, فَأُحِبُّ أنْ يَأْتِيَنِي أجَلِي وَأنَا صَائِمٌ. (رَوَاهُ أبُو يَعْلَى، وَهُوَ غَرِيبٌ وَإسْنَادُهُ حَسَنٌ)[10[
Artinya: “Sungguh Nabi Saw telah memuasai bulan Sya’ban seluruhnya. ‘Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah! Apakah bulan yang paling membuat senang untuk anda puasai adalah bulan Sya’ban?” Beliau menjawab: “Sungguh dalam bulan Sya’ban Allah telah memutuskan kematian bagi setiap manusia, maka aku senang ajalku tiba (diputuskan) di saat aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Abu Ya’la, hadits ini adalah hadits gharib, dan sanadnya hasan)
Artinya: “Sungguh Nabi Saw telah memuasai bulan Sya’ban seluruhnya. ‘Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah! Apakah bulan yang paling membuat senang untuk anda puasai adalah bulan Sya’ban?” Beliau menjawab: “Sungguh dalam bulan Sya’ban Allah telah memutuskan kematian bagi setiap manusia, maka aku senang ajalku tiba (diputuskan) di saat aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Abu Ya’la, hadits ini adalah hadits gharib, dan sanadnya hasan)
Karena itu, beliau Saw memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhu- meriwayatkan:
كَانَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ وَلَا يَفْطُرُ حَتَّى نَقُولَ: مَا فِي نَفْسِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنْ يَفْطُرَ الْعَامَ، ثُمَّ يَفْطُرُ فَلَا يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: مَا فِي نَفْسِهِ أنْ يَصُومَ الْعَامَ. وَكَانَ أَحَبُّ الصَّوْمِ إلَيْهِ فِي شَعْبَانَ
Artinya “Rasulullah Saw berpuasa, kemudian tidak berbuka sehingga kami katakan: Tidaklah diri Rasulullah Saw akan berbuka (tidak berpuasa selama) setahun ini, lalu beliau berbuka dan tidak berpuasa sehingga kami berkata: “Tidaklah dirinya akan berpuasa selama setahun ini. Dan puasa yang paling menyenangkan beliau adalah puasa di bulan Sya’ban.” (HR. Ahmad dan ath-Thabarani )
Artinya “Rasulullah Saw berpuasa, kemudian tidak berbuka sehingga kami katakan: Tidaklah diri Rasulullah Saw akan berbuka (tidak berpuasa selama) setahun ini, lalu beliau berbuka dan tidak berpuasa sehingga kami berkata: “Tidaklah dirinya akan berpuasa selama setahun ini. Dan puasa yang paling menyenangkan beliau adalah puasa di bulan Sya’ban.” (HR. Ahmad dan ath-Thabarani )
4. Bulan Sya’ban diutamakan Berpuasa
سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ قِيلَ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَصَدَقَةُ بْنُ مُوسَى لَيْسَ عِنْدَهُمْ بِذَاكَ الْقَوِيِّ
Artinya: “Suatu ketika Rasulullah ditanya mengenai puasa yang lebih utama setelah ramadhan, Rasul pun menjawab “sya’ban” dan berkata “karena untuk mengagungkan ramadhan” kemudian Rasul juga ditanya mengenai sedekah yang paling utama, beliau pun menjawab “sedekah di bulan ramadhan”
Artinya: “Suatu ketika Rasulullah ditanya mengenai puasa yang lebih utama setelah ramadhan, Rasul pun menjawab “sya’ban” dan berkata “karena untuk mengagungkan ramadhan” kemudian Rasul juga ditanya mengenai sedekah yang paling utama, beliau pun menjawab “sedekah di bulan ramadhan”
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
Artinya : Dari Siti Aisyah ra berkata: “Rasulullah berpuasa hingga kami menyangka Ia berbuka, dan berbuka hingga kami menyangka Ia tidak berpuasa dan aku tidak pernah melihat Rasul menyempurnakan puasanya satu bulan penuh kecuali di bulan ramadhan dan aku tidak pernah melihat Rasul memperbanyak puasanya dari pada berpuasa di bulan sya’ban” (HR. Bukhori, Muslim, dan Abu Dawud)
Artinya : Dari Siti Aisyah ra berkata: “Rasulullah berpuasa hingga kami menyangka Ia berbuka, dan berbuka hingga kami menyangka Ia tidak berpuasa dan aku tidak pernah melihat Rasul menyempurnakan puasanya satu bulan penuh kecuali di bulan ramadhan dan aku tidak pernah melihat Rasul memperbanyak puasanya dari pada berpuasa di bulan sya’ban” (HR. Bukhori, Muslim, dan Abu Dawud)
Berpuasa memiliki banyak sekali manfaat baik manfaat lahir maupun batin, banyak para ahli yang telah membuktikan manfaat berpuasa. Jika berpuasa saja sudah memberikan manfaat apalagi jika hal tersebut dilakukan pada bulan yang penuh berkah sebagai persiapan memasuki bulan ramadhan
5. Bulan Shalawat Atas Nabi
Kemudian keistimewaan bulan sya’ban yang lain yaitu bulan dimana ayat tentang shalawat diturunkan, yaitu firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: “sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kalian atas Nabi dan sampaikanlah salam penghormatan kepada-Nya” (al-ahzab:56)
Ibnu Abi al-Shoif al-Yamani mengatakan bahwa “sesungguhnya bulan sya’ban merupakan bulan shalawat atas Nabi karena ayat ‘innallaha wa malaaikatahuu yusholluuna alannabi, yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu alaihi wa sallimuu tasliimaa’ itu turun di bulan sya’ban.”
Artinya: “sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kalian atas Nabi dan sampaikanlah salam penghormatan kepada-Nya” (al-ahzab:56)
Ibnu Abi al-Shoif al-Yamani mengatakan bahwa “sesungguhnya bulan sya’ban merupakan bulan shalawat atas Nabi karena ayat ‘innallaha wa malaaikatahuu yusholluuna alannabi, yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu alaihi wa sallimuu tasliimaa’ itu turun di bulan sya’ban.”
Imam Syihab ad-Din al-Qasthalani menukil ucapan sebagian ulama di dalam kitab al-Mawahib bahwasanya ayat 56 surat Al-ahzab tersebut turun di bulan sya’ban. Umat islam sudah seharusnya memperbanyak shalawat apalagi di bulan yang memiliki kesan tersendiri mengenai shalawat dan penuh berkah ini.
Imam Izzuddin ibn Abd as-Salam rahimahullah mengatakan bahwa shalawat bukanlah syafa’at dari kita untuk Rasul, karena orang seperti kita tidak bisa memberikan syafa’at kepada orang seperti Rasul, akan tetapi Allah memerintahkan kita untuk membalas kebaikan orang yang memberikan nikmat dan kebaikan kepada kita, sehingga jika kita tidak mampu membalas kebaikan Nabi, maka Allah memerintahkan supaya mencintainya, dan bershalawat atasnya, mudah-mudahan dengan shalawat kita atas Nabi dapat membalas kebaikan Nabi yang telah berbuat baik dan mengutamakan kita, dan tidak ada kebaikan yang lebih utama daripada kebaikan Nabi. Nabi bersabda: “barang siapa yang bershalawat terhadapku dengan satu shalawat maka Allah akan ‘bershalawat’ kepadanya dengan sepuluh shalawat”. Shalawat Allah terhadap kita yaitu limpahan rahmat-Nya dan berlipat gandanya pahala yang Allah berikan.
6. Malam Nishfi Sya’ban
Di dalam bulan sya’ban terdapat malam yang agung, penuh berkah dan mulia, yaitu malam pertengahan (nishf) sya’ban, Allah “tampak” kepada makhluk-Nya melalui ampunan dan rahmat-Nya, Allah mengampuni bagi orang-orang yang meminta ampun terhadap-Nya, merahmati bagi orang-orang yang meminta rahmat-Nya, mengabulkan doa orang-orang yang meminta kepada-Nya, melapangkan makhluk-Nya dari kesusahan, dan mencatat rizki dan amal.
Malam nishfi sya’ban yang berarti pertengahan bulan sya’ban memiliki beberapa nama antara lain lailatul mubaarakah (malam yang diberkahi), lailatul qismah wa at-taqdiir (malam ditentukannya nasib seseorang), lailatut takfiir (malam penghapusan dosa) Imam As-Subki menyebutkan dalam menjelaskan lailatut takfir bahwa “karena dihapusnya dosa selama satu tahun, sedangkan malam jumat dihapusnya dosa selama satu minggu, dan malam qadr atau lailatul qadr dihapusnya dosa seumur hidup”. Dan masih banyak nama-nama untuk nisfi sya’ban
Banyak sekali hadits-hadits yang berbicara mengenai keutamaan nishfi sya’ban, berikut penulis paparkan beberapa hadits yang berkaitan dengan keutamaan nishf sya’ban,
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdillah ibn Umar radiallahu ‘anhumaa bahwasanya Rasulullah bersabda “sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla melihat (mengawasi) kepada makhluk-Nya pada malam nishfi sya’ban, kemudian Allah mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua orang, yaitu orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh orang lain”
Dari Siti Aisyah ra, Ia bercerita bahwa “aku kehilangan Nabi, kemudian aku keluar untuk mencarinya dan menemukan beliau di Baqi’ sedang menengadahkan wajahnya ke langit” lalu beliau berkata “Sesungguhnya Allah 'azza wa jalla turun ke langit dunia pada malam nishfi sya'ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang punya banyak kambing). (HR At-Thabrani dan Ibnu Majah)
Dari ‘Alla ibn Harits bahwasanya Siti Aisyah radhiyallahu anha berkata “Rasulullah bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, "Wahai Asiyah –atau -Wahai Humaira'- apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?" Aku menjawab, "Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali" Rasulullah SAW bersabda, "Tahukah kamu malam apa ini?" Aku menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Ini adalah malam nishfu sya'ban (pertengahan bulan sya'ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya'ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka." (HR Al-Baihaqi)
Di Indonesia biasanya peringatan nishfi sya’ban diisi dengan pembacaan yasin tiga kali secara berjamaah dengan niat diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barakah/berkah serta ditetapkannya iman lalu dilakukan doa bersama. Peringatan nishfi sya’ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja, banyak di belahan dunia lain yang memperingati malam yang mulia ini, walaupun ada juga yang tidak memperingati. Sebuah keharusan bagi tiap muslim untuk saling menghargai pendapat masing-masing, agar terjalinnya keharmonisan antara umat islam, sebagaimana yang dicontohkan oleh salaf as-shalih yang menyandarkan kebenaran hanya pada Allah. ( GUS Mohammad Bahaudin )
Sahabat, mohon gunakan kalimat yg bijak dalam berkomentar