RAHASIA DI BALIK
SHALAWAT ALLAH SWT KEPADA NABI MUHAMMAD SAW.
Oleh : Mohammad Bahauddin,M.Hum
(GUS BAHAUDDIN)
Rais Aam Jam’iyah Ahlit Thoriqah
Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (JATMAN), sekaligus ketua umum Thariqah sufi
sedunia, Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Pekalongan, menjelaskan perihal rahasia di balik bacaan shalawat Allah kepada
Nabi Muhammad SAW.
"Saya kagum terhadap satu ayat yang mengangkat kebesaran Nabi Muhammad SAW dan memerintahkan untuk membaca shalawat." Kemudian Habib Luthfi membacakan ayat Al-Quran yang berisi perintah shalawat Nabi Muhammad SAW. Surat Al Ahzab ayat 56
"Saya kagum terhadap satu ayat yang mengangkat kebesaran Nabi Muhammad SAW dan memerintahkan untuk membaca shalawat." Kemudian Habib Luthfi membacakan ayat Al-Quran yang berisi perintah shalawat Nabi Muhammad SAW. Surat Al Ahzab ayat 56
:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Terjemahan :
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-malaikat Nya bershalawat kepada Nabi,
wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepadanya dan ucapkan salam
kepadanya.”
Beliau Dawuh/berkata dalam bahasa Jawa :
“Yen
Allah ta’ala merintahake shalat, ning mustahil Allah niku shalat. Allah ta’ala
merintahake zakat, Allah ta’ala mboten usah zakat. Allah ta’ala merintahake
haji neng Allah ta’ala mboten haji. Tapi nek shalawat Nabi, Allah ta’ala paring
shalawat dumateng Kanjeng Nabi. Niku bedane adoh, niku istimewane kebesarane
shalawat.”
Terjemahan bahasa indonesia :
(Allah SWT memerintahkan shalat,
tapi mustahil Allah itu shalat. Allah
SWT memerintahkan zakat, Allah juga
tidak menjalankan zakat, Allah SWT memerintahkan haji, tetapi Allah tidak haji.
Namun kalau shalawat Nabi, Allah SWT bershalawat kepada Baginda Nabi SAW Itulah tingkat perbedaan yang sangat jauh, menunjukkan keistimewaan dan
keagungan shalawat).
Kenapa redaksi pada ayat memakai "ala
an-Nabiy”, bukan “ ‘ala Muhammad”? Karena yang dijunjung oleh Allah adalah
pangkatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT memberikan contoh langsung kepada
hambaNya tentang bagaimana memberikan penghargaan kepada Nabi Muhammad SAW dengan tidak
mengucapkan namanya saja (Muhammad), akan tetapi dengan pangkatnya. Tak ada
satupun ayat dalam al-Quran Allah SWT memanggil Nabi Muhammad SAW dengan
namanya belaka.
Sedangkan kalimat “yushalluna ‘ala an-Nabiy”, bukan menggunakan kalimat
madhi (masa lampau) tetapi mudhari’ (masa sekarang dan seterusnya) Artinya
rahmat Allah ta'ala kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW sampai besok di akherat dan
shalawatnya Allah Ta’ala bukan “Allahumma shalli ‘ala Muhammad”, tetapi
rahmatan maqrunatan bita’dzimin (rahmat kasih sayang yang dibarengi dengan
pengagungan). Maksudnya, Allah memberi shalawat kepada Nabi SAW bukan sejak
beliau diangkat menjadi Nabi, tetapi sudak sejak zaman azali.
Ayat itu juga merupakan bentuk kemuliaan
yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kemuliaan yang membedakan beliau
dengan makhluk yang lain. Segala sesuatu yang diciptakan Allah tidak diciptakan
percuma, semuanya juga memiliki kelebihan tersendiri, yang membedakan satu
dengan yang lain. Maka tidak mustahil kalau Allah memberi kemuliaan (perintah
shalawat) ini kepada Kanjeng Nabi SAW.
Kemuliaan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW itu merupakan kewenangan Allah. Jangankan untuk memuliakan Nabi, bahkan setiap tumbuhan dan segala sesuatu diciptakan Allah dengan kemuliannya masing-masing.
Yen Allah ta'ala ngersaake niku mboten onten seng mustahil, serba mungkin (Jika Allah SWT mengkhendaki itu tidak ada yang serba mungkin). Ketika kita mengucapkan shalawat kepada Nabi SAW maka akan timbul cinta kepada beliau Baginda Rasul Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian kita akan semakin banyak melakukan sunnah-sunnah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Mari kita bershalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَ
شَفِيْعِنَا وَزُخْرِنَا وَ مَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ
Sahabat, mohon gunakan kalimat yg bijak dalam berkomentar